Bagi sebagian besar pecinta seni dan keindahan, keunikan Seni ukir
Jepara dapat menjadi salah satu referensi. “Seni ukir Jepara” dapat
dibilang yang terbaik di Indonesia dan menjadi salah satu komoditi
ekspor utama Indonesia khususnya kota Ukir itu sendiri, “Jepara”.
Ornamen – ornamen ukiran Jepara yang diterapkan sebagai ciri khas
pada mebel Jepara memberikan nilai tambah sehingga mebel Indonesia dapat
bersaing di pasar internasional. Bahkan, ciri khas ukiran gaya Jepara
yang terdapat di setiap “mebel dari Jepara” lebih unggul dari kualitas
seni dengan yang dibuat oleh negara-negara lain seperti Vietnam.
Saat ini, hampir 80 persen masyarakat Jepara masih melanjutkan
aktivitas kegiatan mengukir kayu yang diyakini sudah ada sejak masa
Majapahit (Kerajaan Hindu terbesar di Indonesia) pada abad ke-13. Model
ukiran Jepara terus berkembang dan mengalami perpaduan baik dalam
desain, fungsi, dan estetika sesuai dengan perkembangan Jaman.
Untuk menghasilkan produk furniture dan kerajinan ukiran terbaik,
perajin Jepara biasanya menggunakan kayu Jati sebagai bahan baku utama.
Didalam daftar komoditi ekspor Indonesia saat ini, produk ukiran
Jepara masih ada karena keunikannya. Tidak ada kesamaan antara produk
ukiran Jepara, karena ukiran Jepara adalah seni buatan tangan yang tidak
dilakukan dengan mesin modern. Ciri khas keunikan yang terdapat pada
produk ukiran Jepara membuat Kabupaten Jepara banyak dikenal di pasar
mebel dunia.
Bisa dikatakan kota kelahiran R.A Kartini ini memiliki nilai lebih
dibandingkan dengan kota lain. ya Jepara sejak dulu pada sudah dikenal
memiliki keunggulan disektor ukiran terutama produk kaligrafi jepara
sangat populer di negara timur tengah. kaligrafi jepara dinilai memiliki
nilai lebih karena diukir dengan media kayu dan digabungkan dengan seni
ukir jepara. tidak heran jika kaligrafi jepara sangat digemari dan
selalu kebanjiran order. terutama kaligrafi amirul group yang selalu
beda dengan yang lain jika yang lain modelnya itu-itu saja berbeda 180
derajat dengan kaligrafi amirul group yang selalu menghadirkan varian
baru, itu dikarena kaligrafi amirul group selalu menggambar design
sendiri sesuai dengan permintaan buyer jika yang laain masih
mengandalkan mal atau cetakan gambar kami hadir berbeda. kaligrafi
amirul group juga menerima jasa design kaligrafi dengan berbagai ukuran
buyer, dari yang biasa sampai yang rumit. kaligrafi amirul group pernah
membuat kaligrafi dengan ukuran 1 meter x 100 meter bisa dikerjakan
dalam waktu 2 minggu saja karena kami sudah fasih dalam menggambar atau
mendesign kaligrafi. jika anda ingin mendesignkan kaligrafi baru kami
menerima dan jika anda ingin mendesign sekaligus mengukirkan kaligrafi
kami juga sangat senang hati menerima. untuk masalah harga kaligrafi
amirul group bisa bersaing walaupun kualitasnya terbilang eksport namun
tetap ringan dikantong. untuk jaminan mutu bisa disandingkan dengan
kaligrafi sejenis yang banyak dipasaran pasti berbeda dengan yang lain.
Seni ukir merupakan salah satu tradisi utama
masyarakat Jepara yang sejak dulu sampai sekarang masih mempertahankan
ciri khas utamanya. Salah satunya adalah pada warna ukiran Jepara lebih
banyak menggunakan warna alami (warna kayu).
Tradisi yang mempertahankan keaslian warna kayu ini tak lepas dari
daerah Jepara yang tidak terikat oleh wilayah keraton sebagai pusat
pengendali karena jaraknya yang relatif jauh, sehingga simbolisasi warna
dalam kejawen tidak begitu nampak pada gaya ukiran Jepara.
Beberapa contoh gaya ukiran Jepara yang masih menggunakan gaya alami terdapat pada ukiran Pintu Bledek dan juga ukiran pada tiang pendopo Masjid Demak.
Motif ukiran yang digunakan pada umumnya memiliki ciri naturalis yang
distilisasikan seperti yang terdapat pada gaya ukiran Jepara.
Namun dalam perkembangan masa kini, warna ukiran lebih banyak
dimanfaatkan sebagai unsur dekoratifnya. Selain menghadirkan kesan warna
barang yang sudah berumur lama, seperti warna biru hijau, merah, kuning
emas, atau warna gelap agak kusam.
Satu citra yang telah begitu melekat dengan Jepara adalah predikatnya sebagai “Kota Ukir”. Ukir kayu
telah menjadi idiom kota kelahiran Raden Ajeng Kartini ini, dan bahkan
belum ada kota lain yang layak disebut sepadan dengan Jepara untuk
industri kerajinan meubel ukir. Namun untuk sampia pada kondisi seperti
ini, Jepara telah menapak perjalana yang sangat panjang. Sejak jaman
kejayaan Negara-negara Hindu di Jawa Tengah, Jepara Telah dikenal
sebagai pelabuhan utara pantai Jawa yang juga berfungsi pintu gerbang
komunikasi antara kerajaan Jawa denga Cina dan India .
Demikian juga pada saat kerajan Islam pertama di Demak, Jepara telah
dijadikan sebagai pelabuhan Utara disamping sebagai pusat perdagangan
dan pangkalan armada perang. Dalam masa penyebaran agama Islam oleh para
Wali, Jepara juga dijadikan daerah “ pengabdian” Sunan Kalijaga yang
mengembangkan berbagai macam seni termasuk seni ukir.
Factor lain yang melatar belakangi perkembangan ukir kayu di Jepara
adalah para pendatang dari negeri Cina yang kemudian menetap. Dalam
catatan sejarah perkembangan ukir kayu
juga tak dapat dilepaskan dari peranan Ratu Kalinyamat . Pada masa
pemerintahannya ia memiliki seorang patih yang bernama “Sungging
Badarduwung” yang berasal dari Negeri Campa Patih ini ternyata seorang
ahli pahat yang dengan sukarela mengajarkan keterampilannya kepada
masyarakat disekitarnya Satu bukti yang masih dapat dilihat dari seni
ukir masa pemerintahan Ratu Kalinyamat ini adalah adanya ornament ukir
batu di Masjid Mantingan.
Disamping itu , peranan Raden Ajeng Kartini dalam pengembangkan seni
ukir juga sangat besar. Raden Ajeng Kartini yang melihat kehidupan para
pengrajin tak juga beranjak dari kemiskinan, batinnya terusik, sehingga
ia bertekat mengangkat derajat para pengrajin. Ia memanggil beberapa
pengrajin dari Belakang Gunung (kini salah satu padukuhan Desa
mulyoharjo) di bawah pimpinan Singowiryo, untuk bersama-sama membuat
ukiran di belakang Kabupaten. Oleh Raden Ajeng Kartini, mereka diminta
untuk membuat berbagai macam jenis ukiran,
seperti peti jahitan, meja keci, pigura, tempat rokok, tempat
perhiasan, dan lain-lain barang souvenir. Barang-barang ini kemudian di
jual Raden Ajeng Kartini ke Semarang dan Batavia (sekarang Jakarta ),
sehingga akhirnya diketahui bahwa masyarakat Jepara pandai mengukir.
Setelah banyak pesanan yang datang, hasil produksi para pengrajin Jepara bertambah jenis kursi pengantin, alat panahan angin, tempat tidur pengantin dan penyekat ruangan serta berbagai jenis kursi tamu dan kursi makan. Raden Ajeng Kartini juga mulai memperkenalkan seni ukir Jepara keluar negeri. Caranya, Raden Ajeng kartini memberikan souvenir kepada sahabatnya di luar negeri. Akibatnya ukir terus berkembang dan pesanan terus berdatangan. Seluruh penjualan barang, setelah dikurangi dengan biaya produksi dan ongkos kirim, uangnya diserahkan secara utuh kepada para pengrajin.
Setelah banyak pesanan yang datang, hasil produksi para pengrajin Jepara bertambah jenis kursi pengantin, alat panahan angin, tempat tidur pengantin dan penyekat ruangan serta berbagai jenis kursi tamu dan kursi makan. Raden Ajeng Kartini juga mulai memperkenalkan seni ukir Jepara keluar negeri. Caranya, Raden Ajeng kartini memberikan souvenir kepada sahabatnya di luar negeri. Akibatnya ukir terus berkembang dan pesanan terus berdatangan. Seluruh penjualan barang, setelah dikurangi dengan biaya produksi dan ongkos kirim, uangnya diserahkan secara utuh kepada para pengrajin.
Untuk menunjang perkembangan ukir Jepara
yang telah dirintis oleh Raden Ajeng Kartini, pada tahun 1929 timbul
gagasan dari beberapa orang pribumi untuk mendirikan sekolah kejuruan.
Tepat pada tanggal 1 Juli 1929, sekolah pertukangan dengan jurusan
meubel dan ukir dibuka dengan nama “Openbare Ambachtsschool” yang
kemudian berkembang menjadi Sekolah Teknik Negeri dan Kemudian menjadi
Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri.
Dengan adanya sekolah kejuruan ini, kerajinan meubul dan ukiran
semaluas di masyarakat dan makin banyak pula anak–anak yang masuk
sekolah ini agar mendapatkan kecakapan di bidang meubel dan meubel dan
ukir. Di dalam sekolah ini agar diajarkan berbagai macam desain motif
ukir serta ragam hias Indonesia yang pada mulanya belum diketahui oleh
masyarakat Jepara . Tokoh-tokoh yang berjasa di dalam pengembangan motif
lewat lembaga pendidikan ini adalah Raden Ngabehi Projo Sukemi yang
mengembangkan motif majapahit dan Pajajaran serta Raden Ngabehi Wignjopangukir mengembangkan motif Pajajaran dan Bali.
Semakin bertambahnya motif ukir yang dikuasai oleh para pengrajin Jepara , meubel dan ukiran Jepara semakin diminati. Para pedagang pun mulai memanfaatkan kesempatan ini, untuk mendapatkan barang-barang baru guna memenuhi permintaan konsumen, baik yang berada di dalam di luar negeri.Kemampuan masyarakat Jepara di bidang ukir kayu juga diwarnai dengan legenda . Dikisahkan, pada jaman dahulu ada seorang seniman bernama Ki Sungging Adi Luwih yang tinggal di suatu kerajaan. Ketenaran seniman ini didengar oleh sang raja yang kemudian memesan gambar permaisuri. Singkat cerita, KiSungging berhasil menyelesaikan pesanan dengan baik. Namun ketika ia akan menambahkan warna hitam pada rambut, terpeciklah tinta hitam dibagian pangkal paha gambar sang permaisuri sehingga nampak seperti tahi lalat. Gambar ini kemudian diserahkan kepada raja yang sangat kagum terhadap hasil karya Ki Sungging.
Semakin bertambahnya motif ukir yang dikuasai oleh para pengrajin Jepara , meubel dan ukiran Jepara semakin diminati. Para pedagang pun mulai memanfaatkan kesempatan ini, untuk mendapatkan barang-barang baru guna memenuhi permintaan konsumen, baik yang berada di dalam di luar negeri.Kemampuan masyarakat Jepara di bidang ukir kayu juga diwarnai dengan legenda . Dikisahkan, pada jaman dahulu ada seorang seniman bernama Ki Sungging Adi Luwih yang tinggal di suatu kerajaan. Ketenaran seniman ini didengar oleh sang raja yang kemudian memesan gambar permaisuri. Singkat cerita, KiSungging berhasil menyelesaikan pesanan dengan baik. Namun ketika ia akan menambahkan warna hitam pada rambut, terpeciklah tinta hitam dibagian pangkal paha gambar sang permaisuri sehingga nampak seperti tahi lalat. Gambar ini kemudian diserahkan kepada raja yang sangat kagum terhadap hasil karya Ki Sungging.
Namun raja juga curiga karena ia melihat ada tahi lalat dipangkal
paha. Raja menduga Ki Sungging talah melihat permaisuri telanjang. Oleh
karena itu raja berniat menghukum Ki Sungging dengan membuat patung di
udara dengan naik layang-layang. Pada waktu yang telah ditentukan ki
Sungging naik layang-layang dengan membawa pelengkapan pahat untuk
membuat patung permaisuri.
Namun karena angina bertiup sangat kencang, patung setengah jadi itu akhirnya terbawa angin dan jatuh di pulau Bali. Benda ini akhirnya ditemukan oleh masyarakat Bali, sehingga masyarakat setempat sekarang dikenal sebagai ahli membuat patung. Sedangkan peralatan memahat jatuh di belakang gunung dan konon dari kawasan inilah ukir Jepara mulai berkembang.
Terlepas dari cerita legenda maupun sejarahnya, seni ukir Jepara kini telah dapat berkembang dan bahkan merupakan salah satu bagian dari “nafas kehidupan dan denyut nadi perekonomian “ masyarakat Jepara.
Setelah mengalami perubahan dari kerajinan tangan menjadi industri kerajinan, terutama bila dipandang dari segi sosial ekonomi, ukiran kayu Jepara terus melaju pesat, sehingga Jepara mendapatkan predikat sebagai kota ukir, setelah berhasil menguasai pasar nasional. Namun karena perkembangan dinamika ekonomi, pasar nasional saja belum merupakan jaminan, karena di luar itu pangsa pasar masih terbuka lebar. Oleh karena itu diperlukan kiat khusus untuk dapat menerobos pasar internasional.
Namun karena angina bertiup sangat kencang, patung setengah jadi itu akhirnya terbawa angin dan jatuh di pulau Bali. Benda ini akhirnya ditemukan oleh masyarakat Bali, sehingga masyarakat setempat sekarang dikenal sebagai ahli membuat patung. Sedangkan peralatan memahat jatuh di belakang gunung dan konon dari kawasan inilah ukir Jepara mulai berkembang.
Terlepas dari cerita legenda maupun sejarahnya, seni ukir Jepara kini telah dapat berkembang dan bahkan merupakan salah satu bagian dari “nafas kehidupan dan denyut nadi perekonomian “ masyarakat Jepara.
Setelah mengalami perubahan dari kerajinan tangan menjadi industri kerajinan, terutama bila dipandang dari segi sosial ekonomi, ukiran kayu Jepara terus melaju pesat, sehingga Jepara mendapatkan predikat sebagai kota ukir, setelah berhasil menguasai pasar nasional. Namun karena perkembangan dinamika ekonomi, pasar nasional saja belum merupakan jaminan, karena di luar itu pangsa pasar masih terbuka lebar. Oleh karena itu diperlukan kiat khusus untuk dapat menerobos pasar internasional.
Untuk melakukan ekspansi pasar ini buka saja dilakukan melalui
pameran-pameran, tetapi juga dilakukan penataan-penataan di daerah.
Langkah-langkah ini ditempuh dengan upaya meningkatkan kualitas muebel ukir Jepara,
menejemen produksi dan menejemen pemasaran. Di samping itu dikembangkan
“Semangat Jepara Incoporated “, bersatunya pengusaha Jepara dalam
memasuki pasar ekspor, yang menuntut persiapan matang karena
persaingan-persaingan yang begitu ketat .
Guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia misalnya, dilakukan
melalui pendidikan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri dan
Akademi Teknologi Perkayuan dan pendidikan non formal melalui
kursus-kursus dan latihan-latihan. Dengan penigkatan kualitas sumber
daya manusia ini diharapkan bukan saja dapat memacu kualitas produk,
tatapi juga memacu kemampuan para pengrajin dan pengusaha Jepara dalam
pembaca peluang pasar dengan segala tentutannya.
Peningkatan kualitas produk dan pengawasan mutu memang menjadi obsesi
Jepara dalam memasuki pasar internasional, yang bertujuan untuk
meningkatkan kepercayaan luar negri terhadap produk industri Jepara.
Karena itu pengendalian mutu dengan mengacu pada sistim standard
internasional merupakan hal yang tidak dapat di tawar-tawar lagi. Usaha
ini dilakukan melalui pembinaan terhadap produsen agar mempertahankan
mutu produknya dalam rangka menjamin mutu pelayanan sebagai mana
dipersaratkan ISO 9000.
Di samping itu, perluasan dan intensifikasi pasar terus dilakukan
dalam rangka meningkatkan ekspor serta peluasan pasar internasional
dengan penganeragaman produk yang mempunyai potensi, serta peningkatan
market intelligence untuk memperoleh transportasi pasar luar negeri.
Dengan demikian para pengusaha dapat dengan tepat dan cepat
mengantisipasi peluang serta tantangan yang ada dipasar internasional.
Sementara itu jaringan informasi terus dilakukan melalu pengevektivan
fungsi dan kegiatan Buyer Reception Desk yang ada di Jepara.
Langkah-langkah konseptual yang dilakukan secara terus menerus ini telah
berbuah keberhasilan yang dampaknya dirasakan oleh masyarakat Jepara,
berupa peningkatan kesejateraannya. Dari data yang ada dapat dijadikan
cermin keberhasilan sektor meubel ukir dalam lima tahun terakhir.
Data diatas belum termasuk potensi kayu olahan , souvenir dan peti
mati yang dalam tiga tahun terakhir telah berhasil dilealisir ekspornya.
Untuk dapat melihat lebih jauh potensi ukir kayu
ini juga dapat dilihat berbagai macam penghargaan, yang bersekala
regional, nasional dan internasional, baik bagi para pengusaha,
pengrajin maupun bagi pimpinan daerah.
0 komentar:
Posting Komentar